Kajian Kamis

Pelajaran Penting Dari Baitullah

Saya membawa pulang satu pelajaran berharga dari tanah suci. Padahal setiap kali berangkat ke sana.. hal ini juga sering saya perhatikan.

Dan mungkin semua kawan-kawan juga memperhatikannya.

Hanya saja.. hikmahnya saya baru dapati sekarang.

Jadi..
Kalau antum perhatikan. Jama’ah umroh atau pun haji itu, setiap tahun jumlahnya sangat banyak. Bisa ratusan ribu sampai jutaan orang.

Bahkan per harinya pun tetap sejumlah itu. Karena selalu ada yang pulang, ada lagi yang datang. Konstan.

Hotel saja selalu penuh. Apalagi saat di masjid. Semua orang datang ke sana, memang karena ingin ke masjid. Baik Masjid Nabawi di madinah maupun Masjidil Harom di Makkah.

Dan menariknya, dengan semua kepadatan itu.. semua Jama’ah bisa tetap tertib mengikuti alur. Bahkan di pintu keluar masjid yang dengan eskalator kecil sekalipun, semua arus tetap stabil lancar, tidak sampai dorong-dorongan, semua kalem berjalan dan semua lalu lintas manusia bisa tertib berjalan teratur.

Tentu ada yang terpikir, itu semua karena petugas yang mengarahkan. Yang kadang tak segan berkata dengan nada tinggi ke Jama’ah yang tidak mau ikut aturan.

Benar sih.. tapi apa yang sebenarnya dilakukan oleh petugas ini tak kalah penting, secara jumlahnya lebih sedikit daripada peziarah yang segitu banyaknya.

Dan saya amati.. ternyata.
SOP dasar yang menjadi kunci dari semua pengaturan yang membuat jutaan Jama’ah ini bisa tertib ada di satu prinsip.

Mereka Tidak Membiarkan Jama’ah Berhenti.

Coba perhatikan..!!
Bagi anda yang sedang umroh. Kalau Anda berhenti di jalan, atau di dekat pintu, atau di tempat dimana orang lewat. Kita akan langsung disuruh pergi dan maju.
“Yalla Hajj.. yalla.. yalla..”

Begitu yang sering kita dengar.
Artinya “Ayo.. ayo.. (jalan.. jalan)” dengan maksud menyuruh kita terus bergerak maju. Jangan diam..!

Dan ini yang baru saya sadari.. pantas saja. Sekian juta manusia bisa berjalan dengan rapi. Tawaf bisa berjalan dengan mulus.
Sa’i bisa lancar. Karena semua terus bergerak.

Bayangkan jika di tengah tawaf atau Sa’i ada yang berhenti.. pasti macetnya akan beruntun. Bahkan mungkin menimbulkan kekacauan sesudahnya.

Demikian jika semua orang dibiarkan duduk-duduk atau berdiri terlalu lama di jalan. Pasti lalu lintas manusia keluar masuk masjid akan terhambat.

Akhirnya.. Saya mengambil kesimpulan. Kunci ketertiban dan keteraturan sistem semesta adalah membuat orang-orang di dalamnya tetap harus bergerak.

Sekarang, pakai rumus ini..

Sebab dalam hidup juga demikian rumusnya. Agar hidup kita masuk dalam keteraturan alam semesta, atau bahasa agamisnya sunatullah, maka manusia wajib juga untuk terus bergerak.

Yang penting terus bergerak..
Jangan sampai mandeg.
Jangan sampai stop.

Bergerak saja terus. Agar aliran semesta berjalan di sekitar kita. Alhasil..
Rezeki pun lancar, badan jadi sehat, umur berkah dan ilmu jadi manfaat. Bertumbuh.

Orang yang banyak DIAM mengeluh dengan nasibnya ibarat sama seperti orang yang diam di depan pintu masjidil harom. Siap-siap digencet arus besar Jama’ah yang datang dari depan dan belakangnya.
Gepeng..!!!

Nah.. Kalau hidup tak mau gepeng.., ya bergerak.

Dan Alloh tidak pernah membebani hambanya dengan keadaan dimana seorang hamba itu “Harus Berhasil”.

Maka tidak kita dapati dalam Al Qur’an satu ayat pun yang mengatakan..
“Kalau kamu tidak berhasil, maka kamu akan masuk neraka..”
Atau “Jika kamu tidak sukses, sungguh siksa Alloh sangat pedih..”

Tidak ada ayat yang memaksa seorang hamba harus berhasil dalam sudut pandang Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Yang Alloh minta dari seorang hamba adalah usaha.. tetap ikhtiar, tetap bergerak.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25)

Coba bayangkan keadaan bunda maryam.
Perempuan, hamil besar, lemah karena rasa sakit mau melahirkan, tapi oleh Alloh melalui malaikat Jibril Alaihissallam diminta untuk menggoyang pohon kurma. Seberapa hebat sih dampak yang dihasilkan??

Yang laki-laki perkasa saja belum tentu sanggup menggoyang pohon dengan batang setebal dan sebesar itu.

Bahkan tugas para nabi sekalipun hanya menyampaikan peringatan, bukan memastikan manusia menerimanya.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَذَكِّرْ ۗ اِنَّمَاۤ اَنْتَ مُذَكِّرٌ 

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan,”

لَـسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ 

“engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,” (QS. Al-Ghasyiyah: 21-22)

Karena Alloh hanya meminta manusia itu “Ikhtiar” alias usaha.. alias bergerak. Nanti hasil Alloh yang urus. Bahkan tak hanya mengurus.. Alloh yang antarkan.
Keren nggak tuh..

Maka siapapun antum yang tengah sulit sekalipun.. jangan berhenti.!

• Nggak bisa buka usaha besar.. buka dari yang kecil.
• Nggak bisa cari untuk besar.. mulai dari untung recehan.
• Belum bisa ngelola yang hebat. Mulai dari yang biasa.

Terus.. lakukan apa yang bisa dilakukan. Meski kecil dan seolah tak berdampak sekalipun. Nanti pasti dibalas.

Nanti Alloh yang antarkan hasilnya..
Semangat ya kawan-kawan. Terus bergerak. Ikhtiar jangan kendor. Dan jangan berusaha memastikan hasil. Itu urusan Alloh.
Tugasmu.. lakukan ikhtiar terbaik yang kira-kira sesuai dengan hasil terbaik yang kita inginkan.

Sampai disitu saja..
Biar nggak stress dan kecewa. Sekaligus belajar tawakal kepada Alloh.

Salam,
Andre Raditya
Founder Nasi Jumat Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *